Petani Pisang Mitra GGF, Berdialog dengan Menko Perekonomian

Petani Pisang Mitra GGF, Berdialog dengan Menko Perekonomian


Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution melakukan kunjungan kerja ke Great Giant Foods (GGF), Lampung Tengah, Lampung, Jum’at (26/7/19). Dalam kunjungan tersebut, Menko Darmin mendengarkan cerita dari para petani pisang mas Kabupaten Tanggamus.

Para petani tersebut bermitra dengan GGF, produsen sekaligus eksportir nanas dan pisang terbesar di Indonesia. Dari dialog langsung dengan petani, terungkap pola kemitraan petani dengan perusahaan membawa perubahan signifikan bagi kehidupan ekonomi para petani.

Acara berlangsung di gedung Training Center GGF. Rombongan Menko disambut oleh Komisaris GGF Setiawan Achmad, Managing Director GGF Wayan Ardana, Managing Director PT GGL Dayu Ariasintawati, Goverment Relatiaon and External Affair Director Welly Soegiono dan beberapa jajaran senior manager.

“Kami datang ke sini untuk mendengarkan seperti apa praktik budidaya kebun yang baik sehingga daerah-daerah lain bisa mencontoh keberhasilan bapak-bapak sekalian,” ujar Menko Darmin mengawali percakapan.

Menyikapi keluhan permasalah pupuk dari petani, Menko Darmin pun, menerangkan bahwa pemerintah juga menaruh perhatian pada persoalan pupuk. “Kita sedang mencari cara untuk mengatasi persoalan pupuk agar tidak terlalu mahal untuk petani. Sementara juga harus ditingkatkan pengembangan pupuk organik terutama dari pemanfaatan limbah,” ucapnya.

Darmin pun menggarisbawahi bahwa petani Tanggamus tak perlu khawatir jika daerah lain mengupayakan hal serupa. Pasalnya, Indonesia masih sangat perlu menggenjot ekspor untuk menutupi defisit neraca perdagangan.

“Tak perlu khawatir bersaing dengan daerah lain karena pasarnya masih sangat luas. Kita harus meningkatkan ekpor. Kita tidak ingin defisit berkepanjangan,” terang Darmin meyakinkan para petani Tanggamus.

“Proses belajar dari petani tradisonal menjadi petani modern itu butuh waktu dan tidak mudah. Namun, dari tahun ke tahun kami selalu didampingi dan dibina oleh perusahaan,” tutur Ketua Koperasi Tani HIjau Makmur Tanggamus M. Nur Soleh.

Perusahaan mengembangkan sistem aplikasi e-Grower, yang berfungsi untuk mempermudah komunikasi antara perusahaan dengan koperasi, kelompok tani, dan para petani yang tergabung dalam kerjasama melalui para supervisor lapangan.

Menko Darmin Nasution mengapresiasi pola kemitraan yang dibangun oleh GGF dan petani. Kedepan, pemerintah pun ingin menggenjot pembangunan infrastruktur dan logistik desa. “Petani memang akan lebih sejahtera jika ada yang mengajarkan budidaya tanam yang baik dan ada yang membeli dengan harga yang jelas. Kami juga ingin ada logistik yang baik dari desa dan pasar pengumpul,” jelas Darmin.

Kelompok tani pisang mas di Tanggamus ini juga menjadi kelompok tani pertama di Indonesia yang menerima manfaat fasilitas subkontrak kawasan berikat yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, lanjutnya.

Tadinya, Tanggamus merupakan daerah perkebunan kopi. Namun, para petani di kabupaten ini beralih menanam pisang karena mampu memberikan hasil produksi dan harga yang lebih baik.

“Dulunya basis kopi, tapi petani kan butuh uang. Kalau kopi itu harus menunggu 12 bulan baru dapat hasil sekitar 20 juta untuk 1 ha per tahun. Sedangkan kita dapat penghasilan per minggu dari pisang. Rata-rata 3/4 ha saja bis menghasilkan minimal 1,4 juta per minggu,” tandas Soleh.

Soleh menerangkan, awal mulanya petani diminta menanam jenis pisang mas, dengan pendampingan dari GGF, mulai dari penyediaan bibit dan pupuk, cara tanam, penanggulangan hama dan penyakit, panen, hingga pengemasan dengan bantuan teknologi.

“Kami pun dilatih untuk bisa melakukan ekspor dari rumah sendiri. Kualitas tanaman kami itu sudah kualitas ekspor, sudah pernah ke Singapura, China, dan lain-lain. Syukurlah kehidupan ekonomi kami membaik dan bisa mengantar anak-anak sampai sarjana,” ujar Budi Santoso salah satu ketua kelompok tani Arjuna dengan membawahi kebun pisang seluas 26 hektar..

Mereka juga diajarkan untuk memilah hasil panen sesuai standar masing-masing mualai dari grade A hingga D. Bahkan, ada juga kompetisi untuk memperebutkan juara hasil panen terbaik sehingga bisa menyemangati para petani.

Manager In Charge Sales and Marketing Great Giant Foods (GGF) Josef Lay mengatakan, China lebih menyukai pisang asal Lampung dibanding pisang asal Ekuador yang selama ini mengisi pasar negera itu.

Menurutnya, kemitraan petani dan perusahaan saling menguntungkan kedua pihak. Kerjasama ini memberikan kepastian terhadap kebutuhan pabrik dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

“Kami memang hanya memproduksi pisang standar ekspor untuk pasar internasional. Pisang hasil produksi petani Tanggamus ini sudah diekspor ke Singapura dan China, khususnya Shanghai,” tutup Josef Lay.

Selain berdiskusi dengan para petani pisang, dalam kunjungan kerja ke Lampung ini Menko Perekonomian juga mengunjungi pabrik industri nanas kaleng, Packing House Jambu, dan usaha penggemukan Sapi GGF.

Share