Estate Plantation Group 2 (PG2) mengelola waduk sumber air irigasi dengan menanam pohon Albasia, tetap berpedoman pada pendekatan berkelanjutan yang berfokus pada inisiatif pengembangan lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Melalui pengelolaan tanaman Albasia, Estate PG2 berupaya melestarikan kawasan hijau bernilai konservasi di area waduk secara berkelanjutan serta mendukung pengembangan ekosistem dan ketersediaan air. Keberadaan kawasan hijau tanaman Albasia ini bertujuan menjaga ketersediaan air untuk meningkatkan area penyiraman di kebun saat musim kering. Penyiraman tanaman dengan memanfaatkan sumber air waduk akan lebih ekonomis dibandingkan menggunakan sumber air sumur dalam.
“Estate PG2 telah menyiapkan waduk di titik-titik tertentu agar ketersediaan air melimpah dan bisa dimanfaatkan saat musim kering. Dengan pemanfaatan waduk, biaya irigasi juga akan lebih rendah. Oleh karena itu, diupayakan setiap tahun menambah sumber air waduk yang berbasis water balance,” terang Senior Manager EPG2, Joko Susilo. Artinya, di zona yang berdasarkan perhitungan mengalami defisit air, akan dibangun waduk untuk memenuhi kebutuhan air. Setelah waduk dibangun, aspek konservasi juga dipikirkan agar tetap berkelanjutan, sehingga dimensi tampungan waduk tetap terjaga baik dari sedimentasi (erosi) maupun sumber airnya.
Ada dua langkah yang dilakukan untuk mencegah erosi, yaitu dengan menanam LCC (legume cover crop) di daerah buangan tanah waduk agar tanah tidak langsung masuk ke waduk saat hujan, sehingga dimensi kedalaman waduk tetap terjaga dan tidak terjadi pendangkalan. Kemudian, di pinggiran waduk ditanam Albasia yang berfungsi menurunkan suhu di sekitar waduk serta memperkuat perakaran untuk menahan air, sehingga diharapkan evaporasi waduk lebih rendah dan penguapan air waduk berkurang saat musim panas. “Dengan adanya penghijauan di sekitar waduk, tanah bisa menyimpan air lebih banyak. Selain itu, batang Albasia dapat dimanfaatkan untuk pembuatan palet, sementara ranting dan dahan yang tidak sesuai spesifikasi dapat digunakan sebagai bahan charcoal,” kata Joko.
Estate PG2 memiliki sekitar 13 hektar tanaman Albasia di lokasi waduk 12w, 104w, 105w, 165w, dan 170w. Penanaman disesuaikan dengan kondisi cuaca. Saat ini, masih dalam pengajuan penambahan bibit Albasia untuk ditanam di area waduk 118w, 168w, dan 169w dengan total sekitar 3 hektar.
Selain itu, Joko juga menjelaskan alasan mengapa tidak menanam tanaman bambu di lokasi waduk tanaman bambu berupa rumpun-rumpun sehingga potensi penyebaran akarnya cepat. Saat ini, bambu diprioritaskan untuk area-area yang terendam air di bantaran sungai atau daerah perbatasan dengan perkampungan. “Estate PG2 terus menanam bambu yang berfungsi untuk mendukung propping banana. Ada dua lokasi dengan pemanfaatan yang berbeda, yaitu waduk untuk tanaman Albasia dan area bantaran sungai serta perbatasan kampung yang rawan pencurian singkong untuk ditanami bambu,” jelas Joko.
Saat ini, untuk Albasia atau bambu sudah dibuatkan SBT (Standar Budidaya Tanaman) oleh R&D dan sudah dimasukkan ke sistem. Jadi, alokasi biaya dan standar perawatannya sudah ada di sistem, yang merupakan status upgrade dengan standar yang tertib secara administrasi, tutupnya.