Redi mengisahkan perjalanan hidupnya bersama istri dan kedua anaknya, mengaku untuk mencukupi kebutuhan keluarga kecilnya selain mengandalkan kebun kopi yang dimilikinya seluas 2 hektar, ia kerap kali melakukan aktivitas diluar berkebun dengan bekerja sebagai buruh serabutan.
Hal ini Redi lakukan karena manisnya panen buah kopi hanya dinikmati setahun sekali. Sementara waktu panjang menunggu tanaman kopi berbuah secara ekonomi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dirasa tidak mencukupi.
Saya sangat bersyukur telah melakukan kontrak kerjasama kemitraan dengan PT Great Giant Pineapple (PT GGP) dengan membudidayakan tanaman pisang Mas. Bermitra kebun Pisang Mas dengan perusahaan ini telah membantu meningkatkan pendapatan dan produktivitas hasil kebun pisang yang baik.
“Saya berharap dapat terus bekerja sama dengan PT GGP untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga di masa-masa selanjutnya,” kata Redi yang juga sebagai Ketua Kelompok Tani Packing House 07 Pari Kesit yang berada di Pekon Penantian, Kecamatan Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus.
Sejak 4 tahun silam, Redi telah tergabung sebagai petani kemitraan Pisang Mas. Ia mulai merintis kemitraan dengan PT GGP sejak tahun 2020. Melalui kemitraan ini, Redi memperoleh bantuan teknis, bibit unggul, dan akses ke pasar yang lebih luas.
Setelah melakukan kemitraan dengan PT GGP, swami dari Jariayah ini mengaku mengalami peningkatan pendapatan. Dalam seminggu rata-rata ia mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp.2 juta.
Kurun waktu 4 tahun bersama kemitraan PT GGP, Redi telah menjadi salah satu petani pisang Mas yang sukses di Kabupaten Tanggamus. Di kediamannya telah berdiri lokasi Packing House berukuran 10 X 30 Meter Persegi bantuan dari perusahaan untuk memudahkan pemrosesan pisang.
Dari operasional kegiatan packing pisang di PH yang dikelolanya. Ia mampu memproduksi pisang mas untuk kebutuhan pasar lokal dengan rata-rata sebanyak 250 bok/minggu, dan untuk ekspor dengan rata-rata 30 bok dalam seminggu.
“Alhamdulillah dengan aktivitas PH ini saya bisa mempekerjakan sebanyak 10 orang. Bukan hanya mendapatkan keuntugan dari bermitra dengan PT GGP tetapi saya juga bisa membantu tetangga terdekat dengan menciptakan peluang pekerjaan,” ucap Redi.
Redi mengaku, sebagai ketua kelompok tani, ia bahu membahu bersama 100 petani yang bergabung dengan kelompo Pari Kesit dengan memiliki lahan produksi pisang Mas seluas 50 hektar dan di akhir Tahun 2024 ada penambahan petani kemitraan baru bergabung dengan seluas lahan 10 hektar.
Untuk mencapai produksi buah pisang yang maksimal tentunya secara prosedur tata kelola perawatan tanaman harus diikuti standar operasional perawatannya sesuai SOP yang diberikan perusahaan selaku mitra inti.
“Kalau asal-asalan hanya sekedar ikut kemitraan, pasti tidak mendapatkan hasil. Lain jika petani mengikuti SOP perawatan dan budidayanya petani pasti akan mendapatkan keuntungan lebih besar karena buah yang diharapkan sesuai yang diingikan pasar,” tandas Redi.
Sejauh ini saya merasa support PT GGP santa luar bisa, bukan hanya memberikan bibit lalu petani menanam, tetapi sebagai perusahaan terus mendampingi petani dengan memberikan pembinaan teknis budidaya, memberikan dukungan material produksi packing, dan support perawatan dan penanggulangan dari hama penyakit.
“Selain support di budidayanya, saya tertarik mengikuti kemitraan ini karena salah satunya jaminan harga dan pasarnya ada. Minimal saya mendapatkan 3M yakni Mudah, Marketing, dan Minim Resiko,” kata Redi sembari tertawa ringan.
Pisang mas ini hampir resikonya tidak ada, terutama pencurian di kebun tidak ada di bandingkan pisang lokal karena banyak pengepul tidak mau membeli pisang mas karena mereka tahu ini pisang kemitraan.
Walaupun ada petani yang tanam pisang mas dan tidak ikut kemitraan, ketika akan menjual pisang ke pengepul pisang tidak berani membeli, tandasnya.