PT GGL Sambut Kunjungan Kerja Pemprov Sulawesi Barat

PT GGL Sambut Kunjungan Kerja Pemprov Sulawesi Barat

PT Great Giant Livestock (PT GGL) Terbanggi Besar, Lampung Tengah, menerima kunjungan kerja dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat dalam rangka melakukan studi lapangan terkait potensi pengembangan sektor pertanian dan peternakan guna memperkuat sinergi antara pemerintah dan sektor swasta. Asisten Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Sulawesi Barat, Muhtar, beserta jajaran diterima di Training Center Great Giant Foods pada Jumat (9/8).

Ferdy Fu, selaku FA Protein & Plant Based SubDiv Head, dalam diskusinya menjelaskan bahwa keberadaan peternakan sapi di perusahaan merupakan bagian dari konsep ekonomi sirkular, di mana limbah padat dari kulit nanas dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Ia juga mengungkapkan bahwa mengelola bisnis peternakan sapi memiliki tantangan tersendiri, terutama dari segi permodalan. Ferdy menggambarkan bahwa dengan harga seekor sapi berkisar antara Rp 15 juta hingga Rp 18 juta, keuntungan baru dapat diperoleh setelah beberapa bulan, sementara biaya pemeliharaan terus berjalan.

Ferdy menambahkan bahwa pengelolaan peternakan dapat dilakukan melalui pola kemitraan, meskipun hal ini juga tidak mudah. Tantangan utama adalah bagaimana memastikan ketersediaan pakan yang cukup sepanjang tahun. Ia mencontohkan kondisi di Nusa Tenggara Barat, di mana ada 4 pulau yang dapat dipilih untuk pengembangan, namun Menurut Ferdy, ketersediaan pakan sepanjang tahun sangat penting, namun untuk mencapainya diperlukan investasi besar, seperti dalam pengadaan sealer bagger yang harganya cukup mahal. Oleh karena itu, kesiapan investasi dan pemahaman terhadap konsekuensinya perlu dipertimbangkan dengan matang. “Hal seperti ini harus dipetakan terlebih dahulu oleh stakeholder yang akan mengembangkan peternakan, selain mempertimbangkan modal, infrastruktur, dan ketersediaan pakan,” ujar Ferdy.

Ia juga menyebutkan bahwa Nusa Tenggara Timur memiliki sapi Sumbawa yang dibiarkan merumput di padang, namun penguasaan lahan menjadi isu yang perlu dipertimbangkan. Ferdy tidak dapat memastikan seperti apa model yang cocok untuk Sulawesi Barat, apakah intensif dengan kandang terstruktur atau ekstensif dengan integrasi kebun sawit dan sapi. “Kembali lagi ke masalah permodalan, baru kita bicara tentang pemberdayaan masyarakat petani peternak melalui kemitraan. Model bisnisnya seperti apa, peran pemerintah dan swasta bagaimana, serta posisi petani peternak dalam kemitraan ini. Semua ini perlu dipetakan terlebih dahulu karena menyangkut strategi bisnis,” jelas Ferdy saat menjawab pertanyaan dari tamu mengenai pola kemitraan sapi.

Share